Dua hari ke depan, semoga Allah Ta’ala memanjangkan umur kami, insya Allah ada undangan para ulama agar kami berkumpul di Ibu Kota untuk keperluan agama dan Kitab Suci panduan hidup kami.
Kami datang bukan atas nama siapa pun dan ormas atau pengajian apa pun. Kami hadir atas nama Islam, karena Allah Ta’ala dan akan senantiasa mengamalkan petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di sepanjang aksi itu.
Kami hadir dengan biaya sendiri. Sebagian ada yang meninggalkan proses belajarnya, ada yang meninggalkan mengajarnya, banyak pula yang memilih cuti dari pekerjaan atas ridha dari pasangan hidupnya demi misi yang sama.
Kami hadir untuk menunjukkan kepatuhan kami kepada para ulama sebagai pewaris Nabi yang mulia.
Kami juga hadir karena dijamin oleh pemerintah dan undang-undang sebagai bentuk menyatakan pendapat di negeri yang menganut demokrasi ini. Kami benar-benar ingin melakukan ‘jihad konstitusional’ sebagaimana diserukan oleh ulama-ulama yang membimbing kami saban hari.
Tiada yang perlu dikhawatirkan. Tak ada yang perlu diributkan. Kami tidak biasa berlaku kasar kepada orang yang baik kepada kami. Bahkan kami diajarkan untuk berbuat baik kepada siapa pun yang memperlakukan kami secara buruk.
Akan tetapi, jika yang dinista adalah al-Qur’an al-Karim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Allah Ta’ala, dan syariat-syariat-Nya, kami tidak bisa diam apalagi berpangku tangan. Kami akan bertindak sebagaimana yang diajarkan kepada kami, sesuai dengan kemampuan yang kami bisa lakukan.
Tidak semua kami beranjak ke Ibu Kota untuk membela al-Qur’an dan menuntut penegak hukum memenjarakan penistanya. Tidak!
Kami sangat memahami, ada di antara kami yang tak bisa meninggalkan pekerjaan karena itu wajib. Di antara kami juga tidak bisa meninggalkan tempat belajar karena menuntut ilmu juga wajib. Di antara kami juga ada yang sakit dan halangan syar’i lain, selayak menunggui orang tua yang sudah udzur, ada kepentingan kebaikan yang lebih priorotas, dan lain sebagainya.
Bahkan banyak saudara-saudara kami yang memilih untuk tidak berangkat karena memang Islam mengakomodir ijtihad demikian.
Oleh karena itu, mari satukan langkah. Doakan kami yang berangkat agar diberi kelurusan niat, rezeki dzikir sepanjang jalan sampai pulang, dan menjumpai banyak kebaikan hingga mendapatkan puncaknya.
Tidak perlu menyitir berbagai pendapat kontra. Sebab bukan saatnya saling debat antara kita.
Kini, saatnya kita bersatu.
Dan kami pun paham. Jika seluruh kaum Muslimin negeri ini bergerak, tiada tempat yang mampu menampung kami. Sebab kami berjumlah mayoritas. Ratusan juta di negeri ini.
Kami membela Islam. Kami membela Negara. Kami menuntut penegakkan hukum. Bukan menista agama lain. Bukan pula menista etnis lain.
Wallahu a’lam.
0 Response to "Salahkah Kami Jika Membela Al-Maidah 51?"
Posting Komentar