Dikisahkan oleh Ustadz Salim A Fillah dalam Rihlah Dakwah, Imam Abu Yazid al-Busthami bermimpi bertemu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Manusia paling mulia itu menyampaikan sebuah pesan agar Imam Abu Yazid al-Busthami menyampaikan salam ke seorang laki-laki. Sebut saja namanya Fulan.
Sang Imam bergegas. Sesampainya di lokasi dan menanyakan perihal si Fulan, orang-orang saling mengernyitkan dahi.
“Tuan tidak usah menemui dia. Kemuliaan Tuan tidak layak jika disandingkan dengan perangainya.” tukas orang-orang, hampir seluruhnya, sekampung itu.
Oleh karena keterangan tersebut, sang Imam memilih menuju masjid. Beliau menyibukkan diri untuk i’tikaf; mengisi waktu dengan shalat, dzikir, membaca al-Qur’an, dan ibadah-ibadah lainnya hingga tertidur.
Di dalam tidurnya, sang Imam kembali bermimpi bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Manusia teladan ini mengingatkan agar Imam Abu Yazid segera menemui si Fulan guna menyampaikan salam. Imam Abu Yazid pun terbangun.
Keesokan harinya, niat sang Imam urung dilakukan lantaran kembali mendapati komentar orang-orang terkait kepribadian si Fulan. Kata mereka, “Dia hanya menghabiskan waktu di kafe minuman keras. Tuan tidak layak mendatangi dan berkumpul dengannya.”
Imam Abu Yazid mundur. Lantas kembali menuju masjid hingga malam hari dan kembali tertidur.
Untuk ketiga kalinya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam kembali menemui Imam Abu Yazid. Kali ini, sang manusia teladan berkata dengan keras, “Jika esok salamku tidak kausampaikan, kau tidak akan bersamaku di akhirat.”
Sang Imam terperanjak. Keringatnya mengucur deras. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ketakutan.
Esoknya, sang Imam mengumpulkan keberanian agar malamnya bisa menemui si laki-laki. Seraya mengendap-endap, Abu Yazid mendatangi kafe tempat si Fulan ‘mangkal’. Saat baru masuk, nurani Abu Yazid berontak. Dia segera membalikkan badan.
“Hai, Abu Yazid!” seru sebuah suara, dari dalam kafe.
Rupanya, panggilan tersebut berasal dari si Fulan. Abu Yazid pun menghentikan langkahnya.
Si laki-laki mendatangi Imam Abu Yazid, lantas berkata, “Kamu membawa titipan untukku?”
“Iya,” jawab Abu Yazid, “salam dari Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wa sallam.”
“’Alaika wa ‘alaihis salam,” jawab si Fulan.
“Begini,” tutur si Fulan sembari menunjuk delapan orang di dalam kafe yang sedang mengonsumsi khamr, “kedatanganmu berarti tugasku sudah selesai. Mereka, awalnya berjumlah empat puluh. Sekarang tinggal delapan orang. Ini bagian untukmu.”
Si Fulan pun berlalu pergi. Amanah dakwah di kafe minuman keras telah diestafetkan kepada Imam Abu Yazid Rahimahullahu Ta’ala.
Meski kisah ini banyak dipertanyakan oleh beberapa kalangan kaum Muslimin terkait sanadnya, ada hikmah agung di baliknya. Banyak di antara kita yang lebih melihat tampilan luar, padahal di dalamnya terdapat kemuliaan.
Laki-laki tanpa nama ini, misalnya mendapatkan salam dari baginda Nabi. Padahal orang-orang mengenalnya sebagai tukang mabuk.
Wallahu a’lam.
0 Response to "Dikira Pemabuk, Laki-laki Ini Mendapatkan Salam dari Rasulullah"
Posting Komentar